Friday, November 19, 2010

BOLEHKAH MENGKOLEKSI MAJALAH2 BERGAMBAR

Pertanyaan:
Saya seorang siswa Marhalah Tsanawi (setingkat SMU) yang sangat gemar membaca dan menelaah buku-buku bacaan yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, budaya, kemiliteran, dan lain-lain, sehingga saya sengaja berlangganan beberapa macam majalah. Akan tetapi, kebanyakan dari majalah-majalah tersebut di dalamnya terdapat gambar-gambar manusia, padahal saya bermaksud mengoleksi dan menyimpan majalah-majalah tersebut di perpustakaan pribadi saya. Saya menjadi ragu karena ada beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengaharamkan masalah gambar ini dan menyatakan bahwa Malaikat tidak mau masuk rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar.

Jawaban:

Anda boleh menyimpan buku-buku, surat kabar, dan majalah-majalah yang bermanfaat walaupun di dalamnya terdapat gambar. Jika gambar tersebut orang perempuan, Anda harus menutupi atau menghapusnya. Tapi, jika gambar tersebut laki-laki atau gambar binatang, Anda cukup membuang kepalanya saja, sebagaimana diperintahkan dalam beberapa hadits shahih.
Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka at-Tibyan

APAKAH SAH SHALAT TAMPA ADZAN

Syaikh Dr. Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah ditanya,

Aku mendengar bahwa tidak boleh seseorang shalat tanpa adzan. Ketika itu aku mengetahui ada yang shalat kemudian aku shalat, alhamdulillah. Namun aku saat itu shalat tanpa adzan. Apakah shalatku sah? Jika memang tidak sah, apa yang harus aku lakukan terhadap shalat yang telah aku kerjakan tadi?

Syaikh Sholeh Al Fauzan menjawab,

Adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat. Adzan merupakan salah satu syi’ar Islam dan memiliki keutamaan amat besar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya untuk terus menerus menjaganya. Adzan untuk setiap waktu shalat ketika seseorang shalat sendirian adalah dianjurkan (disunnahkan), yaitu ia adzan, lalu shalat. Di sini terdapat keutamaan yang besar sekali dan akan memperoleh pahala yang banyak. Akan tetapi jika seseorang shalat tanpa adzan, shalatnya tetap dikatakan “sah”. Namun ia telah luput dari pahala adzan.

Sumber: Al Muntaqo min Fatawa Al Fauzan, juz ke-5, Asy Syamilah.

KETIKA CINTA MULAI MEREDUP

Meredupnya api cinta didalam diri kita berarti 'warning' yang harus disikapi secara serius. Tanda-tanda keretakan biduk rumah tangga tidaklah boleh dibiarkan. Menjaga api asmara untuk keluarga yang kita sayangi memanglah tidak mudah namun juga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Paling tidak ada tiga hal yang harus dijaga, pertama, gairah. Kedua, keharmonisan. dan ketiga, komitmen.

Upaya mempertahankan ketiga hal ini menjadi penting dan juga kemampuan untuk menjaga dan merawatnya.

♥♥ Pertama, Di dalam keluarga membiasakan diri untuk sholat berjamaah. Ada satu hadits Nabi yang menyebutkan bahwa Alloh merahmati istri yang membangunkan suaminya untuk sholat malam. Jika tidak mau maka istrinya memercikkan air di wajah suaminya hingga terbangun. Bahkan kebiasaan Baginda Nabi Muhamad SAW mengajak keluarganya untuk melaksanakan sholat malam. Makna dari ibadah sholatmalam berjamaah adalah mencairkan kondisi di dalam keluarga. Seusai sholat alangkah indahnya suami meminta maaf kepada istri tercintanya. atau sebaliknya. Disaat meminta maaf, ungkapkan dengan setulus hati apa yang telah membuat anda kecewa terhadap pasangan hidup anda dan diakhiri dengan berdoa memohon petunjuk Alloh SWT.

♥♥ Kedua, Ekspresikan perasaan kita dalam ucapan maupun tindakan. Ada seorang sahabat Nabi begitu mencintai istrinya. Baginda Nabi memerintahkan untuk menyatakan secara lisan kepada pasangan hidupnya (HR. Daud & Tirmidzi), dan menurut riwayatnya, Nabi juga terbiasa dengan istrinya dengan mengucapkan 'aku cinta padamu.' didalam kesehariannya atau memanggil panggilan kesayangan.

Panggilan kesayangan akan membuat emosi terjaga. Rasulullah menyapa orang-orang yang disayanginya dengan panggilan sayang. 'Seperti memanggil Aisyah dengan sebutan Humairah (kemerahan).

♥♥ Ketiga, Bertutur lembut. Suara mengekspresikan perasaan. Bila memang maksudnya baik terlontar dengan nada lembut akan mudah dicerna sebagai wujud kasih sayang. Interaksi yang positif didalam keluarga mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi resiko penyakit jantung maupun kolesterol dengan menjaga hormon stress tetap rendah.

Kata-kata yang lembut dan perasaan hangat dapat menjaga pernikahan agar tetap sehat. Dalam sebuah riset kesehatan dampak tutur kata mempengaruhi cortisol pada pasangan suami istri. tetapi perempuan sangat sensitif dengan kata-kata negatif. Cortisol adalah hormon berkaitan dengan stress. Kadar Hormon akan meningkat bila stress terjadi maka bertutur kata yang lembut akan mempererat tali cinta dalam keluarga.

♥♥ Keempat, bagian yang juga tak kalah pentingnya yaitu perbanyaklah sholat malam dan berdoa. hanya Allohlah yang memberkahi sebuah keluarga dengan sakinah, mawaddah, warahmah di dalam diri kita. Oleh sebab itu untuk melanggengkan cinta, tentram dan rahmah di dalam rumah tangga kita adalah dengan sholat dan memohon kepadaNya. Bacalah doa yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhamad SAWsetiap selesai sholat fardhu,

♥♥'Robbana hablana min azwajina wa durriyatina qurrota a'yun wa jangalna lil muttaqinaa imaman' (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami pasangan hidup dan keturunan yang menyenangkan hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa).


♥♥ Dan yang terakhir, ada satu doa yang dipanjatkan mudah2an anda masih ingat ketika waktu menjadi pengantin baru. Semoga doa ini menjadikan keberkahan buat keluarga kita semua yang membaca doa ini, amin.

♥♥'Ya Alloh, berkahilah kedua mempelai ini. Satukan mereka berdua dalam kebaikan dunia akherat. Jadikan kehidupan mereka berdua baik dan bahagia. kehidupan penuh kasih sayang. Kehidupan Mawaddah wa Rahmah. Kehidupan yang tenang dan sejahtera. kehidupan yang penuh nikmat dan sejahtera. Ya Alloh, jadikanlah mereka berdua termasuk hamba-hambaMua yang mukmin, sholeh, muttaqin, yang berguna bagi Umat Islam dan Kaum Muslimin. Ya Alloh, curahkanlah rahmatMu untuk Baginda Nabi Muhamad SAW, keluarganya dan para sahabatnya.

Amin Ya Robbal Alamin.

by : Wanita Solehah,tidak Memandang & tidak Dipandang

HIKMAH POLIGAMI RASULULLAH


Hikmah Poligami Rasulullah ( Tela'ah Sejarah & Pelurusan Fitnah )



 
oleh Kembang Anggrek pada 18 November 2010 jam 19:48


Tuduhan :
Nabi Muhammad adalah tokoh pertama yang menyalahi hukum qur'an dalam hal nikah, dimana qur'an membolehkan bagi seorang lelaki muslim nikah dengan empat orang perempuan, sedangkan Nabi Muhammad adalah pengagum nafsu sex dan pecinta wanita, beliau menyalahi hukum dengan menikahi sembilan orang perempuan. Yang lebih aneh lagi, qur'an menyifati beliau dengan sebaik-baik suri tauladan.

Klarifikasi :

Mengapa Rasulullah Saw. tidak membatasi empat orang isteri saja, padahal qur'an membatasi jumlah isteri ketika beliau sedang beristeri sembilan orang, dan mengapa tidak ditalak selebihnya?

Jawabannya; di ayat lain, Allah telah mengharamkan isteri-isteri beliau nikah dengan umatnya, karena status mereka adalah ummahat (ibu-ibu kaum muslimin) (Q.S: al-Ahzab: 6 dan 53).

Jika seandainya ditalak, maka akan dikemanakan mereka. Bukankah hal yang sama, kita tidak tega melakukannya untuk anak perempuan kandung, saudara, dan ibu kita. Sebab lainnya; jika Rasulullah menalak isterinya, maka akan membuat isteri-isterinya bersedih, mendatangkan kebencian keluarga dan kabilah mereka.

Ada orang yang bilang; kalau begitu apa bedanya dengan isteri-isteri kaum muslim yang tertalak, bukankah mereka juga akan bersedih, keluarga dan kabilahnya akan tersinggung.

Jawabannya; Benar, namun Rasulullah beda dengan lelaki/suami muslim lainnya.

Tanya kenapa? Karena kebencian dan kekalutan batin dari pihak isteri, keluarga, dan kabilahnya, hanya dia sendiri yang merasai akibatnya.

Adapun Rasulullah, benci dan kekalutan yang ditujukan kepada beliau, sama halnya ditujukan kepada Allah. lebih-lebih, bila sudah menyangkut dakwah. Bisa-bisa misi Islam tidak berhasil.

Terus, mengapa Rasulullah poligami? Karena, hal itu adalah perintah Allah berdasarkan sebab-sebab tertentu.

Pertanyaan balik; nafsu sex itu meningkat bila seseorang bertambah usianya, atau malah berkurang?

Karena Jika Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau tidak melakukan poligami saat usia muda?

Sejarah telah mengabarkan kepada kita, bahwa beliau monogami bersama Siti Khadijah selama dua puluh lima tahun. Saat-saat dimana jiwa muda bergelora. Juga, Siti Khadijah lebih tua dari beliau lima belas tahun. Beliau tidak nikah, kecuali setelah Siti Khadijah wafat. Ketika Rasulullah berusia lima puluh tiga tahun, ditambah dengan aktifitas dakwah yang padat, salat tahajud sampai kaki beliau bengkak, ikut bertempur memerangi orang-orang kafir, menerima tamu-tamu yang berkunjung, mengadakan perjanjian-perjanjian damai demi keamanan dengan Yahudi, orang-orang munafik, dan kabilah-kabilah tetangga, dll.

Yang jika ditela'ah, satu orang anak manusiapun tidak mampu melakukan berbagai aktifitas yang padat tadi. Mungkinkah, Rasulullah masih punya waktu banyak dan tenaga yang cukup untuk bersenang-senang dengan isteri-isterinya?

Belum lagi kehidupan beliau yang penuh dengan kezuhudan dan kesederhanaan. Sampai-sampai, saat beliau sangat lapar, dua butir batu beliau gunakan untuk menonggak perutnya, agar rasa lapar tidak terasa. Makan hanya dengan tiga butir kurma dan dapurnya hampir tidak pernah berasap. Juga, keseringan puasanya. Padahal umatnya dilarang puasa wisal (bersambung) sedangkan beliau sendiri puasa wisal sampai tiga hari berturut-turut.

Pertanyaannya : masihkan tersisakah nafsu sahwat Beliau ?

Kalau Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau memilih isteri-isteri yang sudah lanjut usia, lemah dan juga memilih Siti Aisyah yang masih kecil?

Mengapa pula Rasulullah memilih janda-janda? Sejarah membuktikan, bahwa semua isteri Rasulullah adalah wanita-wanita lanjut usia, lemah, dan janda. Kecuali Siti Aisyah. Bahkan sebagian mereka telah sangat lanjut usia. Seperti Siti Khadijah, Siti Saudah, dan Siti Zainab binti Khuzaimah. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pengagum sex paling suka bila isterinya bersolek dan berpakaian yang paling indah. Apa yang kita saksikan dengan isteri-isteri Rasulullah. Mereka ketika meminta beliau agar nafkah ditambah, langsung Allah memerintahkan mereka untuk memilih salah satu dari dua hal; ditalak atau hidup bersama Rasulullah dengan kezuhudan dan kesederhanaan. (Q.S: al-Ahzab: 28-29).

Saat itu pilihan mereka adalah Allah, Rasulullah, dan kenikmatan surga. Lalu Allah dan Rasulullah-pun meredhai mereka.

Berikut adalah sebab-sebab Rasulullah poligami :

Beliau SAW nikah dengan Siti Saudah binti Zam'ah yang janda ditinggal mati suami. Sedangkan kerabatnya adalah orang-orang musyrik. Usia Siti Saudah kala itu enam puluh enam tahun. Lebih tua dengan beliau lima belas tahun. Demi tidak membiarkan Siti saudah dalam kesendirian, sebatang kara. Karena kalau dia kembali ke kerabatnya yang musyrik, maka Islamnya akan terancam. Sebelumnya Siti Aisyah bermimpi, bahwa Siti Saudah menjadi isteri Rasulullah. (Sahihul Jami': 915).

Rasulullah nikah dengan Siti Aisyah dan Siti Hafsah sebagai penghargaan kepada keduanya, juga kepada kedua orang tua keduanya. Sebab kedua bapak mereka adalah menteri beliau (Abu Bakar As-shiddieq dan Umar bin Khaththab). Hal ini demi tidak menghalangi keduanya untuk menziarahi Rasulullah kapan saja.

Rasulullah nikah dengan Umu Salamah (Hindun binti Abi Umayah bin Almuqirah). Karena Umu Salamah adalah salah peserta hijrah ke Habasyah dan Madinah. Suaminya yang baik hati, Abu Salamah meninggal dunia, sedangkan dia mempunyai anak-anak yang butuh asuhan. Maka Rasulullah menikahinya demi memuliakan dia, karena dia penyabar, juga karena dia termasuk golongan orang-orang yang menganut Islam dimasa awal-awal. Dan yang jelas, demi memuliakan mantan suaminya yang begitu baik. Dengan cara mengasuh anak-anaknya. Rasulullah SAW sebenarnya telah berdoa kepada Allah agar Umi Salamah mendapatkan suami yang terbaik. Di malam pertama, Rasulullah menanyai anak-anaknya. Karena beliau tidak melihat mereka nampak bersama ibunya. Umi Salamah menjawab; mereka di rumah paman mereka. Rasulullah tidak menerima hal itu, lalu memerintahkan kepadanya agar mereka balik. Setelah itu Rasulullah bersabda; "barang siapa yang memisahkan antara orang tua dan anaknya, maka Allah akan memisahkannya dengan orang yang dia cintai di hari kiamat". (Sunan Turmudzi dan Sahihul Jami': 6412).
Rasulullah sangat menyayangi anak-anak Umu Salamah. Menimang mereka, bermain bersama, makan bersama.

Adapun Umu Habibah (Ramlah binti Abi Sufyan) mendapatkan terror dari bapak dan saudaranya. Lalu dia hijrah bersama suaminya ke Habsyah. Tiba di sana, suaminya masuk agama Kristen. Jadilah dia dalam kesendirian. Rasulullah kemudian mengirim utusan kepada Raja Habsyah, Najasyi, agar meminangnya untuk Rasulullah, demi memuliakan Umu Habibah. Jika dia kembali kepada kerabatnya, maka dipastikan, dia akan sengsara lagi.

Siti Zainab binti Jahsy adalah sepupu Rasulullah. Allah memerintahkan beliau agar menikahinya, demi menghapus adat tabanni (anak angkat). Karena sebelumnya, Siti Zainab adalah isteri dari anak angkat Rasulullah. Lalu diceraikan suaminya. Siti Juwairiyah binti Harits menjadi tawanan perang Bani Mustaliq. Bapaknya, Harits adalah kepala suku. Ketika Rasulullah kembali ke Madinah. Harits bermaksud hendak menjumpai Rasulullah dan menebus anaknya dengan beberapa ekor onta. Kala Harits tiba disuatu tempat yang bernama Aqiq, merasa kagum dengan onta-onta disitu dan memilih dua ekor untuk dia sembunyikan tanpa diketahui oleh masyarakat muslim disitu. Setibanya dihadapan Rasulullah, dia berkata; aku datang menebus putriku yang telah kalian tawan. Rasulullah bertanya; mana dua ekor onta yang telah kau sembunyikan di Aqiq tanpa sepengetahuan penduduknya? Harits kaget; Demi Allah, tak seorangpun yang tau hal itu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah Rasulullah.

Lalu Rasulullah memintanya agar menikahkan putrinya dengan beliau. Maka Harits langsung memenuhinya.

Perhatikan, bagaimana Rasulullah memuliakan Siti Juwairiyah, bapaknya (karena dia masuk Islam), dan kerabatnya. Bukan saja Rasulullah membebaskan Siti Juwairiyah, tapi menikahinya. Para sahabatpun langsung membebaskan tawanan-tawanan yang ada pada mereka. Demi hormat kepada keluarga Rasulullah. Tawanan perang Bani Mustaliq kala itu berjumlah sekitar seratus orang.

Siti Zainab binti Khuzaimah paling tua disbanding Rasulullah. Suaminya gugur pada perang Uhud. Tiada seorangpun yang mencoba menikahinya. Rasulullah kemudian menikahinya. Zainab binti Khuzaimah terkenal kala itu, dengan panggilan Umu Masakin (ibu para fakir miskin). Karena dia sering berinfak.

Siti Shafiyah binti Huyayyi tertawan pada perang Khaibar. Dalam perang itu suami, bapak, saudara, dan pamannya terbunuh. Rasulullah membebaskannya, demi kasih sayang, hormat, dan agar ada yang  menaunginya. Siti Shafiyah sebelumnya bermimpi, bulan purnama jatuh di pangkuannya. Tatkala dia menceritakan mimpinya kepada keluarganya. Pamannya langsung menamparnya dan berkata; kau mau menikah dengan Nabinya bangsa Arab itu.

Secara garis besar, alasan Rasulullah berpoligami adalah

1. Demi menanamkan benih kasih sayang dengan kerabat dan kabilah isteri-isterinya.

2. Agar mereka masuk Islam.

3. Agar kepribadian Rasulullah dirumah diketahui oleh banyak orang. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa banyak orang yang nampak di luar rumah sebagai seorang yang alim dan bertaqwa, tetapi ketika di dalam rumahnya, sifat-sifat tadi tidak bisa dipertahankan. Maka, demi mengekspos seluruh kepribadian Rasulullah di dalam rumah, dibutuhkan lebih dari seorang isteri. Karena satu saja tidak cukup. Dan kalau hanya seorang isteri, maka akan kemungkinan besar, si isteri akan dituduh menutup-nutupi kejelekan suami, karena saking cintanya kepada suami, saking sibuknya isteri mengurusi rumah tangga, atau karena lupa. Jika informasi tentang kepribadian Rasulullah bersumber dari banyak isteri, maka dipastikan informasi itu sangat benar dan sangat akurat. Secara naluri, isteri satu-satunya pasti cinta kepada suaminya. Dan cenderung untuk menutupi kejelekan suaminya. Adapun jika isteri banyak, maka cenderung mereka akan benci dan menyebarkan aib-aibnya, walaupun suami mereka sudah meninggal dunia. Belum lagi, jika ternyata yang membunuh pemimpin dan pembesar kaum, serta keluarganya adalah suami mereka. Seperti terbunuhnya keluarga Siti Shafiyah dan Siti Juwairiyah (sebelum keduanya masuk Islam). Lain halnya dengan Rasulullah. Isteri-isterinya ketika selama bergaul dengan beliau, bernaung dalam bimbingan beliau, kepribadian luhur beliau tetap konsisten saat sunyi maupun ramai. Hal ini yang menjadikan, isteri-isterinya bisa dipercaya oleh kaum muslimin atas informasi tentang tingkah laku beliau di rumah.

Sedikit saja ada sikap Rasulullah yang menyimpang dari kepatutan, pasti akan tersebar luas.

4. Rumah-rumah isterinya menjadi pusat penyebaran risalah Islam. Lebih lagi, bila ajaran yang menyangkut masalah khusus perempuan.

5. Istri-istri Rasulullah adalah duta-duta Islam kepada kaum dan kabilah dimana mereka lahir dan besar. Dengan adanya pendidikan dan taujih yang berasal dari guru mereka sekaligus suami mereka, menjadikan mereka lebih mengenal karakter Islam yang kaffah yang bersumber dari Rasulullah SAW langsung dan wahyu yang diberikan kepada Beliau. Dengan adanya istri-istri Rasulullah sebagai duta-duta Islam menjadikan penyebaran dan tarbiyah Islam kepada umat menjadi lebih efisien dan cepat serta terarah.

Penutup;
Poligami yang dilakukan oleh Rasulullah sesungguhnya sarat dengan catatan-catatan penting. Beliau tidak melakukannya secara bebas dan tanpa pertimbangan. Sangat berbeda dengan praktek poligami oleh kebanyakan orang. Umumnya orang berfikir, yang penting tidak lebih dari empat orang isteri, maka bisa saja ganti-ganti isteri. Talak sana sini. Akad sini sana. Adalah Rasulullah, beliau dilarang nikah lagi, selain yang telah ada disisinya. Walaupun salah satu atau semuanya meninggal dunia. (Q.S: al-Ahzab: 52)

Post By HAS


Thursday, November 18, 2010

BERSANDAR DIRI HANYA KEPADA ALLAH

Hikmah Kalimah ini mengajak kita merenung kepada hakikat amal. Amal dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu perbuatan dhahir dan perbuatan hati atau suasana hati yang berhubungan dengan perbuatan dhahir itu. Beberapa orang dapat melakukan perbuatan dhahir yang serupa tetapi suasana hati bisa berbeda dengan perbuatan dhahir tersebut.

Kesan amalan dhahir kepada hati berbeda antara seorang dengan seorang yang lain. Jika amalan dhahir itu mempengaruhi suasana hati maka hati itu dikatakan bersandar kepada amalan dhahir. Jika hati dipengaruhi juga oleh amalan hati maka hati itu dikatakan bersandar juga kepada amal, sekalipun itu amalan batin. Hati yang bebas dari bersandar kepada amal, baik amal dhahir atau amal batin adalah hati yang menghadap kepada Allah SWT dan menisbatkan amal hanya kepada-Nya serta menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT tanpa perlu takwil atau tuntutan.

Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya, dhahir dan batin, walau berapapun banyaknya sebagai alat untuk tawar menawar dengan Tuhan untuk mendapatkan sesuatu. Amalan tidak menjadi perantara dirinya dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini tidak membatasi kekuasaan dan kemurahan Allah SWT.

Allah SWT Yang Maha Berdiri Dengan Dirinya Sendiri, berbuat sesuatu menurut kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun dan sesuatupun. Apa saja mengenai Allah SWT adalah mutlak, tiada had, tanpa batas. Oleh karena itu orang arif tidak menjadikan amalan sebagai alat untuk ‘memaksa Allah SWT berbuat sesuatu menuruti perbuatan dan kehendak makhluk. Perbuatan Allah SWT berada di depan dan perbuatan makhluk di belakang. Tidak pernah terjadi Allah SWT tunduk dan mengikuti perkataan dan perbuatan seseorang atau sesuatu.

Sebelum menjadi seorang yang arif, hati manusia memang terhubung rapat dengan amalan dirinya, baik yang dhahir mau pun yang batin. Manusia yang kuat bersandar kepada amalan dhahir adalah mereka yang mencari faedah keduniaan dan mereka yang kuat bersandar kepada amalan batin adalah yang mencari faedah akhirat. Kedua jenis manusia tersebut percaya bahwa amalannya menentukan apa yang mereka akan perolehi baik di dunia dan juga di akhirat.

Keyakinan yang demikian kadang-kadang membuat manusia hilang atau kurang bersandar kepada Allah. Sandaran mereka hanyalah kepada amalan semata-mata atau jika mereka bersandar kepada Allah SWT maka sandaran itu bercampur dengan keraguan. Seseorang bisa memeriksa diri sendiri apakah kuat atau lemah sandarannya kepada Allah SWT. Lihatlah kepada hati apabila kita terperosok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa kemudian yang demikian membuat kita berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah SWT itu tandanya sandaran kita kepada-Nya sangat lemah.

Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah melainkan kaum yang kafir. ( Ayat 87 : Surah Yusuf )

Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang beriman kepada Allah SWT meletakkan sandaran kepada-Nya walau dalam keadaan bagaimana sekali pun. Sandaran kepada Allah SWT membuat hati tidak berputus asa dalam menghadapi kenyataan hidup. Kadang-kadang apa yang diingini, direncanakan dan diusahakan tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Kegagalan mendapatkan sesuatu yang diingini bukan bermakna tidak menerima pemberian Allah SWT. Selagi seseorang itu beriman dan bersandar kepada-Nya selagi itulah Dia melimpahkan rahmat-Nya. Kegagalan memperoleh apa yang dihajatkan bukan bermakna tidak mendapat rahmat Allah SWT.

Apa saja yang Allah SWT lakukan dan berikan kepada orang yang beriman pasti terdapat rahmat-Nya, walaupun dalam tidak sesuai dengan hajatnya. Keyakinan terhadap yang demikian menjadikan orang yang beriman tabah menghadapi ujian hidup, tidak sekali-kali putus asa. Mereka yakin bahwa apabila mereka sandarkan segala perkara kepada Allah SWT maka apa saja amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan menjadi sia-sia.

Orang yang tidak beriman kepada Allah SWT berada dalam situasi yang berbeda. Sandara mereka hanya tertuju kepada amalan mereka, yang terkandung di dalamnya ilmu dan usaha. Apabila mereka melakukan sesuatu usaha berdasarkan kepiawaian dan pengetahuan mereka maka mereka mengharapkan akan mendapat hasil yang setimpal. Jika ilmu dan usaha ( termasuklah pertolongan orang lain ) gagal mendatangkan hasil maka mereka tidak mempunyai tempat bersandar lagi. Jadilah mereka orang yang putus asa. Mereka tidak dapat melihat hikmah kebijaksanaan Allah SWT mengatur perjalanan takdir dan mereka tidak mengenali dan mengetahui rahmat dari-Nya.

Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah SWT dan mudah berputus asa, di kalangan sebagian orang Islam juga ada yang demikian, bergantung sejauh mana sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amalan karena kepentingan diri sendiri, bukan karena Allah SWT. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat menggapai kemakmuran hidup di dunia. Dia mengharapkan amal kebajikan yang dilakukannya dapat mendatngkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya, terhindar dari  penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya....Padahal belum tentu demikian.

Sebagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga, juga dapat menjauhkan adzab api neraka....dan inipun belum sempurna.

Ruhaniah orang yang bersandar kepada amal sangat lemah, terutama mereka yang mencari keuntungan keduniaan dengan amal mereka. Mereka tidak tahan menempuh ujian. Mereka mengharapkan perjalanan hidup mereka senantiasa selesai dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang direncanakan. Apabila sesuatu itu berlaku di luar jangkauan, mereka cepat panik dan gelisah. Bala bencana membuat mereka merasakan hal yang susah maka mereka merasa sebagai manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Bila berhasil memperoleh sesuatu kebaikan, mereka merasa keberhasilan itu disebabkan kepandaian dan kebolehan mereka sendiri. Mereka mudah menjadi egois serta suka menyombongkan diri.

Apabila ruhani seseorang bertambah teguh dia melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri dengan Tuhan. Hatinya tidak lagi cenderung kepada faedah duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan kurnia Allah SWT seperti terbukanya hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang ini merasakan amalnya yang membawanya kepada Tuhan. Pencapaiannya dalam bidang keruhanian dengan amal yang banyak dilakukannya seperti berdzikir, shalat sunah, berpuasa dan lain-lain. Bila dia tertinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia merasa jauh dari Tuhan. Inilah orang yang berada pada peringkat permulaan dalam mendekatkan dirinya dengan Tuhan melalui amalan tarekat tasawuf.

Jadi, ada golongan yang bersandar kepada amal semata-mata dan ada pula golongan yang bersandar kepada Tuhan melalui amal. Kedua-dua golongan tersebut berpegang kepada keberkahan amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal dhahir, yaitu perbuatan dhahir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka salah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka hajatkan.

Ahli tarekat yang masih diperingkat permulaan bersandar kepada amalan batin separti shalat dan berdzikir. Jika mereka tertinggal melakukan sesuatu amalan yang biasa mereka lakukan, akan berkurang harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, akan putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah SWT.

Dalam hal bersandar kepada amal adalah termasuk juga bersandar kepada ilmu, baik ilmu dhahir atau ilmu batin. Ilmu dhahir adalah ilmu yang terkait dengan sesuatu perkara menurut kekuatan akal. Ilmu batin pula adalah ilmu yang menggunakan kekuatan gaib bagi menyampaikan hajat. Ia termasuklah penggunaan ayat-ayat al-Quran dan jampi. Kebanyakan orang meletakkan keberkahan kepada ayat, jampi dan usaha, hingga mereka lupa kepada Allah SWT yang meletakkan keberkahan kepada setiap sesuatu.

Selanjutnya jika Tuhan mengizinkan maka keruhanian seseorang meningkat kepada maqam yang lebih tinggi. Nyata di dalam hatinya maksud kalimat : Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah....Laa haula walaa quwwata illaa billaahi.

Segala-galanya adalah kurniaan Allah SWT dan menjadi milik-Nya. Orang ini melihat kepada takdir yang Allah SWT tentukan, tidak terlihat olehnya keberkahan perbuatan makhluk termasuk perbuatan dirinya sendiri. Maqam ini dinamakan makam arifin yaitu orang yang mengenal Allah SWT. Golongan ini tidak lagi bersandar kepada amal namun merekalah yang paling kuat mengerjakan amal ibadah.

Orang yang masuk ke dalam lautan takdir, ridha dengan segala yang ditentukan Allah SWT akan senantiasa tenang, tidak berdukacita bila kehilangan sesuatu. Mereka tidak melihat makhluk sebagai penyebab....semuanya adalah kehendak Allah dan Allah senantiasa memberikan rahmat dan karunia Nya.

Di awal perjalanan menuju Allah SWT maka seseorang kuat beramal menurut tuntutan syariat. Dia melihat amalan itu sebagai kendaraan yang boleh membawanya kepada Allah SWT. Semakin kuat dia beramal semakin besarlah harapannya untuk sukses dalam perjalanannya. Apabila dia mencapai satu tahap, pandangan mata hatinya terhadap amal mulai berubah. Dia tidak lagi melihat amalan sebagai alat atau penyebab. Pandangannya beralih kepada kurniaan Allah SWT. Dia melihat semua amalannya adalah kurnia Allah SWT kepadanya dan keberadaannya dengan Allah SWT juga kurniaan-Nya. Seterusnya terbuka hijab yang menutupi dirinya dan dia mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya. Dia melihat dirinya sangat lemah, hina, jahil, serba kekurangan dan faqir. Tuhan adalah Maha Kaya, Kuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala hal. Bila dia sudah mengenali dirinya dan Tuhannya, pandangan mata hatinya tertuju kepada Kodrat dan Iradat Allah SWT yang meliputi segala sesuatu dalam alam ini. Jadilah dia seorang arif yang senantiasa memandang kepada Allah SWT, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berharap kepada-Nya. Dia hanyalah hamba Allah SWT yang faqir.
BERSANDAR DIRI HANYA KEPADA ALLAH

Dalam meraih keridhaan Allah.......seorang muslim diwajibkan untuk beramal.......akan tetapi dalam waktu yang bersamaan diwajibkan juga untuk TIDAK menyandarkan diri kepada amalnya itu semata.....Karena betapapun seorang muslim itu telah melaksanakan berbagai macam banyak amalan......ia tetap tidak akan pernah mampu menunaikan apa yang menjadi HAK ALLAH secara utuh......Juga tidak mungkinmampu melakukan seluruh kewajibannya secara sempurna sebagai bentuk rasa syukur kepada Nya......

Dalam satu riwayat bahwa Nabi SAW bersabda.......Berlakulah kalian setepat dan secermat mungkin.....Sebab ketahuilah.....bahwa amal salah seorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dalam syurga.....

Para sahabat bertanya.....Lalu bagaimana dengan engkau wahai Rasulullaah ?......

Beliau menjawab......Aku juga.....hanya saja Allah meliputiku dengan ampunan dan rahmat Nya ( kasih sayang Nya ).....( Diriwayatkan Ash Shahihul Jami' Kutubus Sittah ).

......Ini termasuk Tuhanku untukurnia 
k mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. QS 27 : 40

FROM : KELUARGA SAKINAH

Tuesday, November 16, 2010

HARI - HARI PENANTIAN

Bagi seorang gadis, ada masa penantian yang acapkali menimbulkan suasana rawan, menanti jodoh. Padahal jodoh, maut dan rezeki adalah wewenang Allah semata. Tak ada sedikitpun hak manusia untuk mengklaim wewenang tersebut. Tapi, watak manusia terkadang lupa dengan janji Allah. Apalagi bila lingkungan sekitarnya terus menerus memburu'nya untuk menikah, sementara jodoh yang dinantikan tak kunjung tiba. Dalam keadaan demikian, kerap muncul bermacam efek yang dapat membahayakan dirinya.
Seorang wanita akan dianggap dewasa bila ia telah mengalami menstruasi. Islam mencatat masa ini sebagai masa awal mukallafnya seorang wanita. Yang perlu diketahui, wanita sekarang menjadi akil baligh jauh lebih cepat dibanding masa dahulu. Dua puluh tahun yang lampau, wanita paling cepat mengalami menstruasi pada usia 15 tahun. Namun pada masa ini, tak jarang wanita mulai mens pada usia 11 tahun. Akibatnya, kedewasaan wanita terhadap masalah-masalah perkawinan akan meningkat secara cepat.
Keresahan mulai melanda tatkala usia sudah merangkak naik, tapi calon suami tak kunjung datang. Tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seseorang yang sudah dianggap sebagai teladan dilingkungannya. Ada muslimah-muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara walimah ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Ada juga yang bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.
Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. Terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Ia akan melakukan berbagai hal agar "terlihat", berkomentar hal-hal yang nggak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki (ikhwan) yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema "ikhwan" pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.
Data yang terlihat dibeberapa biro jodoh juga menambah daftar panjang fenomena yang menggambarkan betapa kaum Hawwa sangat dihantui masalah-masalah rawan yang membuat kita berpikir panjang dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Tentang hal diatas, Al qur'an dengan apik mengisahkan ketidakberdayaan seorang wanita menghadapi masa penantian. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (QS. An Nahl:92).
Pernikahan memang bukan fardhu. Tidak ada dosa atas seseorang yang tidak menikah selama ia memang tidak menentang sunnah Rasul ini. Jadi, sekarang atau nanti kita menikah, bukanlah problem utama. Yang terpenting adalah bagaimana mengisi masa-masa penantian ini dengan hal-hal yang positif ataupun aktifitas yang berkenaan dengan persiapan pra nikah.
Persiapan berawal dari hati. Kebersihan hati akan membuat seseorang tenang dalam melangkah. Istilah "perawan tua" tidak akan menggetarkan perjalanannya dan membuat dia berpaling dari jalan dakwah. Kalaupun tak berjodoh di dunia, bukankah Allah akan menggantikannya di akhirat kelak sesuai dengan tingkatan amalnya?
Kebersihan hati juga akan sangat menentukan sikap qona'ah (ikhlas menerima dan merasa cukup) terhadap pemberian Allah. Sehingga ia dengan senang hati menerima, jika sekiranya Allah memberinya jodoh seseorang yang secara fisik (selain agama) tidak sesuai harapannya, agar tidak kaget melihat standar kebahagiaan yang diluar bayangannya.
Orang tua dan keluarga juga perlu dikondisikan, agar mereka tidak menyalahkan Islam. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa jilbab adalah yang selama ini menjadi penghalang anaknya tidak mendapatkan pasangan.
Selain itu, bersabar dan berdo'a nampaknya merupakan kunci mutlak untuk menstabilkan moral (akhlaq). Dengan kesabaran, ada pintu-pintu yang terbuka yang barangkali tak terlihat ketika kita sedang sempit dada. Dengan do'a, ada jalinan mesra dengan Sang Pemilik. Mungkin tidak saat itu juga do'a-do'a kita akan segera dikabulkan, tetapi bukankah do'a adalah ibadah? Jadi, semakin banyak do'a terucap, semakin banyak pula ibadah dilakukan.
Buat para muslimah yang baru saja menikmati keindahan meneguk bahtera rumah tangga, tampaknya ada sikap yang harus dilakukan untuk menjaga perasaan muslimah yang belum menikah. Istri-istri baru itu, biasanya senang "mengompori". Sebenarnya sikap ini sah-sah saja, agar tampak bukti bahwa menikah tanpa pacaran, menikah dalam rangka dakwah adalah "pengorbanan" yang menyejukkan. Tapi jika hanya sekedar memanasi tanpa solusi, sebaiknya sikap seperti itu ditahan. Apalagi jika si muslimah itu tidak siap dengan cerita-cerita seputar nikah itu, bisa jadi akan memedihkan perasaannya.
Namun demikian, lain halnya dengan muslimah-muslimah yang 'bandel', yang dengan berbagai alasan kerap menolak untuk menikah meski seharusnya sudah siap. Baik tuntutan dakwah maupun tuntutan lainnya.
Menikah adalah ibadah. Tapi, ia bukan satu-satunya ibadah. Masih banyak alternatif ibadah yang bisa dilakukan. Alangkah naifnya bila kita malah banyak membuang waktu untuk memikirkan masalah pernikahan yang tak kunjung juga teralami. Masih banyak pekerjaan dan hal lain yang membutuhkan penyaluran potensi kita. Mumpung masih gadis, optimalkanlah potensi diri. Karena kelak, jika kesibukan menjadi istri dan ibu menghampiri kita, waktu untuk menuntut ilmu, menghapal ayat Qur'an dan hadits, bahkan untuk bertemu Allah di sepertiga malam, tentu saja akan berkurang. Nah, kenapa tidak kita optimalkan sejak sekarang?
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar" (QS 3:142)

Monday, November 15, 2010

HADIST MINTA TOLONG KEPADA ALLAH



Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)
Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah Alloh, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Alloh di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”
Kedudukan Hadits
Hadits ini sangat agung karena memuat wasiat Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat penting.
Menjaga Alloh
Menjaga Alloh adalah dengan cara menjaga hak-hakNya. Hak-hak Alloh ada dua macam, yaitu hak-hak yang wajib dan hak-hak yang sunnah. Dengan menunaikan kewajiban, dan memelihara sunnah berarti telah menjaga Alloh. Menjaga Alloh dalam batasan yang wajib yaitu menegakan tauhid, dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Lebih dari itu adalah sunnah. Manusia berbeda-beda derajatnya dalam menjaga Alloh.
Penjagaan Alloh
Penjagaan Alloh terhadap manusia terwujud dalam dua bentuk, yaitu:
  1. Menjaga urusan dunianya, dalam bentuk menyehatkan badanya, melapangkan rezekinya, menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain.
  2. Menjaga urusan agamanya. Poin ini lebih penting dan lebih bernilai dari pada poin sebelumnya. Bentuk penjagaannya berupa: hatinya bersih dari kotoran syubhat, senantiasa terikat dengan Alloh, penuh rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertaubat kepada-Nya, dan anggota badanya terbebas dari memperturutkan hawa nafsu.
Melalaikan menjaga Alloh dapat berakibat hilangnya penjagaan Alloh terhadap dirinya.
Hanya Meminta Kepada Alloh
Hukum meminta hanya kepada Alloh ada dua macam:
  1. Wajib, yaitu meminta sesuatu yang tidak bisa melakukannya kecuali Alloh. Inilah tauhid dalam meminta di mana jika dipalingkan kepada selain Alloh hukumnya syirik.
  2. Sunnah, yaitu dalam hal yang manusia mampu untuk melakukannya dan dia mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
TAWAKAL
Makna tawakal kepada Alloh adalah mengambil sebab yang diperintahkan kemudian menyerahkan urusannya kepada-Nya. Tawakal kepada Alloh merupakan wujud keimanan yang sangat penting, bahkan merupakan wujud keimanan para nabi. Dan tawakal kepada makhluk adalah perbuatan yang sangat tercela. Sekalipun makhluk mampu untuk melakukan apa yang kita inginkan, kita tidak boleh bertawakal kepadanya.
Sabar Dan Ridho
Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari menggerutu, menjaga lisan dari berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur.
Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun ridho yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap perbuatan Alloh yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu:
  1. Ridho terhadap perbuatan Alloh, hukumnya wajib.
  2. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah.